Sebelum merencanakan dan membangun rumah atau gedung agar tahan terhadap gempa, atau yang lebih tepatnya bagaimana meminimalisir kerusakan yang diakibatkan oleh gempa, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang tingkat keamanan minimum yang masuk katagori tahan gempa, yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut ini:
- Apabila terkena gempa bumi yang lemah, bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali.
- Apabila terkena gempa bumi sedang, bagian-bagian yang sifatnya struktur tidak boleh mengalami kerusakan, sementara yang sifatnya non struktur boleh mengalami kerusakan.
- Apabila terkena gempa bumi yang sangat kuat: banguan tersebut tidak boleh runtuh baik sebagian maupun seluruhnya; kerusakan yang tidak dapat diperbaiki tidak diperbolehkan, walaupun mengalami kerusakan, tetapi dapat diperbaiki sesegeta mungkin dan dapat berfungsi kembali.
Untuk menghasilkan suatu gedung atau rumah tinggal yang mempunyai ketahanan terhadap gempa, ada beberapa hal yang sangat perlu kita perhatikan, seperti :
Denah Bangunan
Denah bangunan diusahakan atau didesain sesederhana mungkin dan simetris terhadap kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang dengan perbandingan antara panjang dan lebar 2 (panjang) : 1 (lebar). Penempatan bukaan berupa pintu dan jendela seyogyanya simetris terhadap sumbu denah bangunan (gambar 1). Selain itu juga dinding-dinding penyekat sebaiknya membentuk kota-kotak tertutup, sehingga satu sama lainya saling mengikat (gambar 2), kalaupun terpaksa tidak membentuk kotak tertutup, harus dikunci dengan balok gantung.
Pondasi
Pondasi yang dapat menahan beban suatu bangunan harus memenuhi syarat, sebagai berikut:- Pondasi harus berdiri diatas tanah yang stabil atau keras.
- Bentuk pondasi sebaiknya simetris. Gambar 3
- Pondasi yang baik, adalah pondasi menerus (sangat disarankan) yang mengikuti denah bangunan.
- Peletakkan pondasi menerus harus seluruhnya berdiri diatas tanah keras.(gambar.4)
- Untuk pondasi menerus tidak disarankan pembuatannya berjenjang. (Gambar 5).
- Apabila menggunakan pondasi setempat atau umpak, sebaiknya antar pondasi diikat oleh balok sloof.
Balok Sloof
Sloof merupakan balok pengikat pondasi dan kolom-kolom, yang berfungsi untuk menyebarkan beban bangunan diatasnya melalui kolom-kolom. Yang perlu kita perhatikan dalam pengerjaannya adalah :
- Setiap jarak 80 cm dipasang angker berbentuk L dari baja tulangan dengan diameter 8 mm dengan kedalaman sekitar 20 cm kedalam pondasi dan 15cm kedalam sloof. Gambar 7.
- Sloof dari beton bertulang, sloof dibuat menerus keliling bangunan dan tidak terputus.
- Setiap ujung tulangan harus dibengkokkan atau ditekuk kearah dalam.
- Tulangan yang terletak disudut bangunan, sambungannya ditekuk siku sepanjang 40 D (diamater tulangan). Gambar 9.
Kolom-Kolom dan Balok Praktis beton Bertulang
Setiap kolom dan balok praktis, seperti ring balk, satu sama lainnya harus saling mengikat. Kolom-kolom praktis harus terikat oleh sloof dan ring balk. Semua beton-beton praktis tersebut tidak boleh ada yang terputus.
Penulangan atau Pembesian
- Setiap sudut sambungan antara tulangan sloof, kolom praktis dan ring balok harus diberi stek panjang 40 D (diamater tulangan) atau tulangan kolom dibengkokkan sejajar ring balok sepanjang 40 D.
- Diameter tulangan sloof minimum 12 mm, sedangkan tulangan kolom dan ring balok minimum 10 mm dengan tulangan pembagi/sengkang minimum diameter 8 mm. (gambar 8)
- Hubungan pondasi menerus batu kali dengan kolom sudut (Gambar 9) :
- Tulangan memanjang kolom harus menerus melewati balok sloof dan ditekuk ke dalam balok sloof hingga panjang 40 d untuk panjang penyaluran, dimana d adalah diameter tulangan memanjang kolom.
- Tulangan memanjang balok sloof menerus melewati dan ditekuk ke balok sloof yang lainya yang saling tegak lurus.
- Hubungan pondasi menerus batu kali dengan kolom tengah (gambar 10):
- Tulangan memanjang kolom menerus melewati balok sloof dan ditekuk ke dalam balok sloof di sebelah kiri dan kanan kolom (panjang penyaluran sama dengan ketentuan sebelumnya).
- Balok sloof dengan pondasi dihubungkan dengan angker dari besi dengan diameter 12 mm, dan dipasang pada setiap 1,5 m.
- Hubungan kolom, balok sloof/balok pengikat dengan pondasi setempat dari beton bertulang (gambar 11):
- Tulangan memanjang balok sloof menerus melewati kolom dan ditekuk ke atas. Tulangan memanjang kolom menerus masuk ke pondasi setempat dan ditekuk ke kanan dan ke kiri di dalam telapak pondasi.
- Tulangan sengkang kolom melewati balok sloof dengan jarak sengkang.
Dinding
- Setiap luas maksimum 12 m2 dinding harus diberi rangka kolom/balok praktis (balok pinggang). Luas bukaan pintu dan jendela pada satu dinding tidak melebihi panjang 1/3 dinding tersebut.
- Bila lebar bukaan melebihi 1/3 luas dinding maka pada bukaan tersebut harus terikat oleh rangka dari beton bertulang atau dengan penebalan pasangan bata.
- Pasangan batubata diatas kusen dipasang sistem rollag.
- Kusen pintu dan jendela harus terikat dengan dinding, gunakan angker pada kusen dengan baja diameter 6 mm kedalam rangka kusen, atau gunakan paku 12 cm.
- Pasangan bata harus terikat dengan rangka kolom dan balok, dengan menggunakan stek diameter 8 mm setiap 10 lapis bata atau 50 cm.
- Setiap siar vertikal maupun horizontal harus diisi adukan dengan campuran 1
semen : 4 pasir. - Siar pada daerah basar seperti kamar mandi dan seluruh siar setinggi 50 cm dari permukaan tanah gunakan adukan dengan campuran 1 semen : 2 pasir.
- Plester seluruh permukaan pasangan bata dengan adukan 1 semen : 4 pasir pada bagian 50 cm diatas permukaan tanah sampai dengan ring balok, sedangkan pada ketinggian diatas
permukaan tanah + 0.00 sampai dengan 50 cm berikan adukan kedap air dengan campuran 1 semen : 2 pasir. - Haluskan semua permukaan dinding yang telah diplester dengan acian.
Rangka Atap/Kuda-Kuda
- Pilihlah bahan-bahan penutup atap yang relatif ringan.
- Rangka kuda-kuda harus terikat dengan ring balok, gunakan angker baut diameter 12 mm.
- Antara rangka kuda-kuda pasang balok ikat angin, dipasang diagonal saling bersilangan pada kedua sisinya, gunakan balok 6/12.
- Dinding tepi/sofi-sofi harus terikat dengan rangka beton bertulang, pada setiap sambungan rangka harus saling overlap sebesar 40 D, kurang lebih panjangnya 50 cm.
- Pasang Gording, Usuk dan Reng dengan paku ukuran 10 (4"), 7 (3"), dan 5 cm (2").
kemiringan atap minimum 30 derajat untuk genteng keramik, 35 derajat untuk genteng beton, atau sesuaikan dengan ketentuan kemiringan dari produsen genteng. - Pada konstruksi atap dengan kemiringan lebih dari 35 derajat, genteng harus dipaku ke reng.
Pemakaian Bahan Bangunan
- Bahan-bahan bangunan seperti kerikil/agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur 1 % (ditentukan terhadap berat kering), bila melebihi ketentuan tadi, maka kerikil harus dicuci. (PBI 1971 N.I.-2)
- Kerikil tidak boleh mengandung zat-zat yang akan merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.(PBI 1971 N.I.-2)
- Air sebaiknya dipakai air bersih yang layak untuk diminum.
- Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) dan bahan tidak boleh banyak mengandung bahan organik yang akan merusak beton. (PBI 1971 N.I.-2)
- Semen yang lebih dari 3 bulan terletak, sebaiknya jangan digunakan untuk bahan struktur.
- Campuran komposisi bahan yang tepat.
Referensi:
1. ditjen-cipta-karya-dpu-2006_pedoman-teknis-rumah-bangunan-tahan-gempa.pdf
2. http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/beritapdf/bgn%20tahan%20gempa%20sederhana.pdf
3. PBI 1971 N.I.-2
0 komentar:
Posting Komentar