Senin, 26 Agustus 2013
Home »
Arsitektur
,
artikel
,
Model Rumah
» Mengenal Gaya Arsitektur (3) : Gaya Arsitektur Mediterania
Mengenal Gaya Arsitektur (3) : Gaya Arsitektur Mediterania
salah satu gaya arsitektur Mediterania di Indonesia (google image)
My hoMe - Secara spesfik asal gaya arsitektur Mediterania ini sulit untuk diungkapkan. Karena wilayah Miditerania itu sendiri begitu luas, meliputi tiga benua (Eropah, Afrika dan Asia) yang mengelilingi Laut Tengah. Dari Eropah yang termasuk wilayah Mediterania meliputi Spanyol, Prancis Selatan, Italia dan Yunani. Sedangkan untuk benua Asia adalah Turki dan Timur Tengah. Sementara di benua Afrika meliputi Mesir dan semua negara di Afrika Utara yng memiliki pantai yang menghadap ke Laut Tengah; yang sering disebut negara-negara Maghribi yaitu Marokko, Aljazair, Tunisia dan Libya.
Tetapi menurut Freddy H. Istanto (Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur – Universitas Kristen Petra) dalam artikelnya : TELAAH GAYA ARSITEKTUR MEDITERANIA DI INDONESIA, bahwa gaya arsitektur Mediterania berasal dari negara Spanyol (yang dikawasan Mediterania, Spanyol bagian selatan). Pertama kali gaya Arsitektur Mediterania ini diperkenalkan oleh bangsa Spanyol pada abad ke 16 M ke wilayah negara-negara yang diekspansinya (Negara Amerika Serikat, terutama negara Florida). Kemudian gaya arsitektur Mediterania mencapai zaman keemasan di Amerika Serikat pada dekade awal abad ke 19 M.
Di negara-negara asalnya gaya arsitektur mediterania ini muncul karena adanya penyesuaian dengan kondisi lingkungan setempat. Dimana daerah-daerah yang termasuk kawasan Mediterania umum beriklim panas. Dengan kondisi iklim yang demikian umumnya rumah di kawasan Mediterania berdinding tebal yang fungsinya untuk melindungi panas di siang hari dan tetap hangat pada malam hari. Bukaan-bukaan jendela yang kecil untuk menahan hawa panas, dan taman yang terlindung secara privasi di dalam bangunan yang merupakan ciri khas gaya mediterania yang sudah berkebang selama berabad-abad. Dominasi kekuatan kerajaan Romawi pada kawasan Mediterania, membawa pula institusi, hukum-hukum, bahasa latin dan seni bangsa Romawi; demikian pula masuk ke kawasan ini pengaruh Yunani klasik dan Etruria kuno. Seni bangsa Spanyol termasuk didalamnya arsitektur Spanyol terpengaruh oleh seni-seni yang berasal dari Romawi seperti round-arched, rhythmic dan kecintaan pada hangatnya sinar matahari (sun-loving).
Ciri khas bangunan Coloseum bergaya Arsitektur Mediterania, Colosseum di Roma, dibangun pada kira-kira 70–80 Masehi dipandang sebagai salah satu karya terbesar arsitektur dan rekayasa Romawi. (wikipedia bhs. Indonesia)
Bentuk-bentuk rumah yang merupakan jawaban atas iklim Mediterania, seperti juga bentuk-bentuk rumah kota di Yunani dan Romawi, memiliki wajah yang oleh Newcomb disebut sebagai “bleak and bare’ fachada (face) to the street”. Ekspresi wajah rumah tinggal ini diperkenalkan pula sampai ke Amerika Selatan, Mexico, Hindia-Belanda serta daerah-daerah permukiman orang Spanyol di negara-negara lain.
Konsep Arsitektur Mediterania yang sebenarnya adalah menyelaraskan atau menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar yang dipertegas dengan pemakaian bahan -bahan yang berasal dari alam dan tidak merusak alam seperti penggunaan plesteran secara tradisional serta pemakaian batu alam dan tanah liat pada dinding bangunan, arsitektur mediterania sendiri juga telah mendapat pengaruh dari arsitektur Islam yang sampai saat ini menjadi karakter dari arsitektur mediterania, yaitu penggunaan lengkung pada pintu masuk, jendela, dan serambi. Arsitektur mediterania tidak hanya menekankan pada fungsi saja melainkan diseimbangkan dengan kematangan konsep yang menggunakan pilihan bentuk, material, dan warna serta mempertimbangkan dengan kondisi lingkungan sekitar (M. Sahid Indraswara; KAJIAN ARSITEKTUR MEDITERANIA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA).
Gaya arsitektur Mediterania memiliki ciri khas sebagai berikut:
Portico adalah bagian bangunan terbuka yang menempel bangunan, digunakan untuk area masuk (entrance) bangunan, biasanya memiliki kolom-kolom untuk menyangga atapnya sendiri. Sebuah bangunan bergaya arsitektur Mediterania biasanya mempunyai portico, atau yang menyerupai portico, karena merupakan ciri kunci dari gaya arsitektur Mediterania
Kolom, memiliki sejumlah bentuk kolom dan penyangga, di daerah pantai Pasifik, kolom pendukung yang sering digunakan adalah kolom yang terbuat dari batubata, sebagai bagian dari kolonade biasanya mengelilingi patio. Pada daerah lain kolom vertikal terbuat dari batuan, kayu atau metal yang berfungsi struktural (konstruksi) dalam arti memikul beban atap, atau hiasan saja (ornamentasi). Pilar menjadi salah satu pemerkuat ciri gaya arsitektur Mediterania, sebagai bagian penting dari gaya ini. Pilar-pilar sesungguhnya dari Mesir dan Yunani-Romawi merupakan bagian dominan pada muka bangunan (facade), sangat vokal dan memiliki kesan kemewahan bangunan-bangunan besar. Hiasan (ornamentasi) pada pilar adalah aturan baku dengan tiga jenis aturan (dalam aturan klasik/classical order Yunani-Romawi), yaitu aturan Doric, aturan Ionic, serta aturan Chorintian.
Balok, berfungsi untuk menghubungkan kolom satu dengan yang lain berbentuk semi-sirkular (arches) dilengkapi dengan mahkota dan alas kolom yang sederhana.
Balustrade, merupakan barisan atau susunan horisontal dari tiang-tiang yang di satukan railing (rel penghubung) berupa kayu, besi atau bahan lain. Balustrade merupakan permainan hias (dekorati f) yang terdapat pada rangkaian tiang-tiang pengaman di atas bangunan, balkon, atau tangga yang mempunyai dua lantai, maka biasanya juga memiliki citra keindahan khas Medi terania. mempunyai balkon.
Tympanum adalah bagian dari bentuk geometri dan hiasan (dekorasi) yang berbentuk segitiga (kadang juga setengah lingkaran) diatas pintu, jendela atau portico. Di Indonesia, banyak digunakan pada bagian atas portico, bentukan atap, serta di atas pintu dan jendela.
Pergola digunakan di kebun atau berdekatan dengan bangunan rumah tinggal.
Pintu Masuk Utama (doorway) memiliki beberapa bentukan terutama karena pengaruh Bizantium, Moorish, Spanish Gothic dan bentuk pintu masuk utama yang paling sering digunakan adalah bentuk Spanish Renaissance. Dalam perkembangannya, pintu masuk utama berbentuk persegi biasa dengan angin-angin di atasnya berbentuk semi-sirkular atau persegi empat. Bahan daun pintu dari kayu masif atau dengan komposisi kotak-kotak kecil persegi dengan bahan kaca. Untuk negara-negara di asia khususnya di Indonesia kebanyakan pintu utama pada bagian atasnya berbentuk lengkung.
Bingkai/frame, adanya penebalan antara pertemuan kuzen pintu/jendela dengan tembok yang menyerupai bingkai. Bentuk penebalan ini seperti sebuah bingkai pada lukisan. Bingkai atau frame ini biasanya hadir dengan bentukbentuk pelipitan-pelipitan (benangan-benangan) yang tidak rumit dan sangat sederhana.
Jendela-jendela, biasanya berukuran relatif kecil dan berbentuk persegi panjang atau kotak-kotak kecil . Kadang-kadang dengan ujung bagian atas berbentuk lengkungan. Jendela terkadang dilengkapi dengan kisi-kisi yang terbuat dari kayu atau besi tempa.
Bukaan dan penghawaan, lubang pada dinding untuk keperluan jendela ini biasanya berupa bukaan yang relatif lebar, dihadirkan kotak-kotak persegi kecil sebagai pembagi. Angin-angin atau bovenlicht ada pula yang berbentuk lingkaran. Angin-angin ini sering digunakan sebagai penghawaan pada atap (dipasang pada bagian geuvel dekat dengan ujung atap bagian atas.
Balkon banyak pula dijumpai pada bangunan-bangunan rumah tinggal yang cukup besar. Biasanya digunakan untuk koridor terbuka yang menghubungkan dua sayap bangunan.
Tangga, masih merupakan bagian bangunan yang menarik. Di Amerika Serikat, tangga luar (diluar bangunan) digunakan sebagai alat transportasi yang menghubungkan patio dengan lantai di atasnya. Tangga biasanya terbuat dari kayu, meskipun tangga dari batubata masih banyak pula ditemukan. Pengaruh unsur Moor dan Renaisance banyak ditemukan dalam rancangan tangga ini. Besi tempa digunakan pada pegangan tangga, pagar balkon.
Atap, bangunan yang berarsitektur Mediterania menggunakan atap miring. Kuda-kuda kayu dengan penutup atap genteng yang berwarna merah digunakan saat gaya arsitektur ini berkembang didaerah California. Bentuk atap yang biasa digunakan adalah bentuk atap pelana, meskipun disana-sini ditemukan pula bentuk atap perisai. Bangunan ini banyak menggunakan tritisan yang dalam. Akhiran pada diberi gewel atau listplank.
Dinding, umumnya terbuat dari tanah liat yang dibakar (adobe) merupakan ciri khas dinding bangunan Mediterania, yang tiap kali disegarkan kembali dengan cat kapur. Di Amerika dinding batubata yang dibakar merupakan bahan bangunan pilihan dan penggunaan batu alam lebih banyak dipakai, terutama di Mexico, Texas, California dan juga di New Mexico. Dinding batu bata ini biasanya tanpa finishing (ekspos) atau diplester tanpa diaci sehingga membentuk tekstur yang kasar, dinding batuan, atau ornamen yang
menyerupai susunan batuan.
Kubah, kadang juga digunakan pada bangunan dengan gaya arsitektur ini (ini banyak dijumpai pada bangunan-bangunan mediterania di Indonesia). Kubah juga memiliki nilai keindahan (estetika) yang baik.
Kubah merupakan salah satu ciri gaya arsitektur Mediterania di Indonesia, walaupun bukan keharusan menggunakannya. Kubah banyak dipakai sebagai elemen hiasan (dekoratif) pada area masuk bangunan (entrance) atau khusus di atas ruang yang membutuhkan penekanan suasana special. Karena kubah memberi kesan mewah, biasan ya ditemp atkan pada area ruang tamu atau orang berkumpul dalam rumah.
Warna, permainan warna menghadirkan perbedaan pada rumah tinggal kalangan atas (yang cenderung memilih warna-warna pastel) dan kalangan bawah (yang lebih berani bermain-main dengan komposisi warna). Penutup atap/genteng berwarna terrakota. Kusen pintu dan jendela dihadirkan dengan cat (bukan diplitur). Penggunaan cat pada bahan bangunan seperti besi tempa (pada railing atau lampu hias misalnya), dihadirkan dengan warna-warna yang dingin; tidak berkilau seperti sifat kilau stainless-steel.
Sekian, terima kasih atas kunjungannya. Bila ada yang kurang tepat dalam penyampaian atau informasi tentang artikel ini mohon koreksinya, dan anda bisa menyampaikannya melalui kotak komentar di bawah ini.
Referensi : eprints.undip.ac.id/20152/1/2.pdf, puslit.petra, Wikipedia bahasa Indonesia
Image : Google Image, Wikipedia bahasa Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar